India mempunyai 125, Brazil 40 sementara kita hanya punya empat Kebun Raya. Predikat Indonesia sebagai mega biodiversity nomor dua setelah Brazil seolah berkaca pada cermin buram.
Hal itu disampaikan oleh Mustait Siregar, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor saat berdiskusi dengan 89.2 FM Green Radio, di acara Green Talk (20/4). Saat ini Indonesia mempunyai empat kebun raya yang dikelola oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Kebun Raya Bogor, Cibodas, Purwodadi dan Kebun Raya Bali.
Untuk meningkatkan jumlahnya, sudah dibuat masterplan untuk 13 Kebun Raya. Tahun ini rencananya akan ditambah tiga lagi sehingga jumlahnya menjadi 16 ditambah empat Kebun Raya yang dikelola oleh LIPI . Sehingga total akan berjumlah 20 Kebun Raya. Selain itu, ada satu Kebun Raya yang dibuat juga oleh pihak swasta dan sudah dimulai yaitu di Tomohon Sulawesi Utara.
Kalau dilihat dari kondisi Kebun Raya saat ini, menurut Mustait sudah matang dan bagus. Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Purwodadi dibuat dan dimotori oleh kolonial Belanda. Saat ini kondisinya baik. Kebun Raya Bogor hampir berusia 200 tahun. Sedangkan untuk Kebun Raya Bali yang Juli nanti genap berusia 50 tahun yang dibangun murni oleh anak bangsa kondisinya juga baik.
Kebun Raya Bogor, Cibodas, Purwodadi dan Kebun Raya Bali masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Kebun Raya Bogor, yang merupakan pusat dari ke empat Kebun Raya ini, dikhususkan untuk tanaman dataran rendah lembab. Kebun Raya Cibodas dikhususkan untuk tanaman dataran tinggi lembab. Bali untuk tanaman dataran tinggi kering, dan Kebun Raya Purwodadi dikhususkan untuk habitat tanaman dataran rendah kering.
Ditelisik dari fungsinya, Kebun Raya mempunyai fungsi utama untuk konservasi. Jenis-jenis tanaman yang mulai langka di alam diselamatkan. Ditanam di kebun raya dengan identitas yang jelas lalu dipelajari dan diteliti. Kebun raya juga mempunyai fungsi mengubah tanaman liar menjadi tanaman budidaya. Menurut Mustait, visi mewujudkan Kebun Raya sebagai lembaga terdepan dalam bidang konservasi tumbuhan pada 2025 diperkirakan akan tercapai.
Untuk mencapai tersediannya 20 kebun raya bukannya tanpa hambatan. Masalah SDM, dana dan sosialisasi adalah masalah klasik yang kerap kali ditemui. Saat ini sedikit sekali yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah konservasi. Untuk mengatasi hal itu sempat timbul wacana membuka kelas Diploma bidang Kebun Raya . Untuk sosialisasi, menurut Mustait, memang perlu dijelaskan lebih mendalam kepada pihak Pemda, agar masalah konservasi jangan dianggap beban.
Kalau dikelola dengan baik justru memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat sekitar. Untuk dana, ke depannya akan berkerjasama dengan pihak swasta.
Mustait menambahkan, daerah seperti Cibinong saat ini mempunyai area Eco-Park atau taman ekologi, seluas 32 hektar. Mirip dengan Kebun Raya tapi beda sistemnya. Bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan sudah berdiri di beberapa kota Indonesia.
Indonesia Perlu Lebih Banyak Kebun Raya
Diposting oleh sang pengembara | 5/19/2009 04:09:00 PM | 0 komentar »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar